Uang adalah hal yang mempengaruhi kehidupan kita semua, tetapi setiap orang memiliki pandangan yang berbeda terhadapnya. Ada yang hidup berkecukupan, sementara sebagian lainnya terus mengejar kesuksesan finansial. Dalam buku The Psychology of Money karya Morgan Housel, terdapat banyak wawasan yang memperlihatkan bagaimana hubungan kita dengan uang bukan sekadar soal angka dan perhitungan, melainkan juga soal sejarah pribadi, emosi, dan perilaku.

Artikel ini akan membahas konsep-konsep utama dalam psychology of money, seperti bagaimana perilaku manusia mempengaruhi keputusan keuangan, pengaruh pengalaman masa lalu terhadap pandangan finansial, serta konsep penting seperti compound interest (bunga berbunga) dan dampaknya terhadap kesuksesan jangka panjang. Selain itu, artikel ini juga akan memaparkan beberapa fakta ilmiah dari penelitian psikologi keuangan untuk mendukung pemahaman tersebut.

1. Uang Bukan Sekadar Angka

Banyak dari kita yang berpikir bahwa keputusan keuangan hanya soal hitungan angka—menghitung pendapatan, pengeluaran, dan investasi. Namun, Housel menekankan bahwa keputusan finansial sejati diambil jauh dari kalkulator, sering kali dipengaruhi oleh ego, harga diri, ketakutan, dan pengalaman pribadi. Keputusan ini sering kali diambil di meja makan, saat seseorang mempertimbangkan bagaimana uang akan mempengaruhi keluarga, masa depan, atau perasaan mereka sendiri.

Dalam psikologi keuangan, ini dikenal sebagai emotional investing. Emosi sering memengaruhi keputusan investasi secara signifikan. Sebagai contoh, rasa takut kehilangan uang dapat membuat seseorang menghindari risiko, padahal ada peluang keuntungan jangka panjang.

Di sisi lain, rasa optimisme yang berlebihan bisa mendorong seseorang mengambil keputusan investasi yang terlalu berisiko. Daniel Kahneman, peraih Hadiah Nobel di bidang ekonomi, menjelaskan bahwa manusia lebih cenderung menghindari kerugian daripada mengejar keuntungan. Konsep ini dikenal sebagai loss aversion (penghindaran kerugian).

2. Pengaruh Pengalaman Masa Lalu

Setiap orang datang dari latar belakang yang berbeda, dengan orang tua yang memiliki penghasilan, nilai, dan pengalaman berbeda terhadap uang. Pengalaman ini membentuk cara pandang kita terhadap uang, terutama selama tahun-tahun formatif. Pengalaman seseorang dengan pasar saham atau inflasi selama masa remaja sangat mempengaruhi sikap dan perilaku mereka terhadap investasi.

Sebagai contoh, mereka yang lahir pada tahun 1970-an melihat kenaikan signifikan dalam indeks S&P 500 selama masa remaja mereka, sehingga cenderung memiliki pandangan positif terhadap pasar saham dan lebih tertarik berinvestasi. Sebaliknya, mereka yang lahir pada tahun 1950-an melihat stagnasi pasar saham dan lebih cenderung memiliki pandangan negatif terhadapnya.

Penelitian menunjukkan bahwa pengalaman finansial awal seseorang sangat mempengaruhi perilaku investasi mereka di masa dewasa. Ini dikenal sebagai Generational Imprinting, di mana generasi tertentu lebih sensitif terhadap kejadian ekonomi yang mereka alami saat masih muda.

3. Compound Interest (Bunga Berbunga) & Compounding Effect

Salah satu konsep penting dalam buku Housel adalah kekuatan compound interest atau bunga berbunga. Bunga berbunga adalah proses di mana bunga yang dihasilkan oleh modal awal akan menghasilkan bunga tambahan, sehingga nilai investasi terus bertambah seiring waktu. Efek ini sering kali diabaikan karena hasilnya tidak langsung terlihat, tetapi dalam jangka panjang, dampaknya bisa sangat besar.

Sebagai contoh, jika Anda menginvestasikan Rp1.000.000 dengan bunga 8% per tahun, pada akhir tahun pertama Anda akan mendapatkan Rp80.000. Jika Anda menginvestasikan kembali total Rp1.080.000 dengan tingkat bunga yang sama, di akhir tahun kedua Anda akan mendapatkan Rp86.400. Dengan terus menggabungkan hasil investasi tersebut, nilainya akan tumbuh jauh lebih besar seiring berjalannya waktu.

Dalam buku The Psychology of Money karya Morgan Housel, compounding effect digambarkan sebagai kekuatan luar biasa dari pertumbuhan yang terjadi seiring waktu, terutama dalam konteks keuangan dan investasi.

Berikut adalah ilustrasi verbal dari efek ini: Bayangkan sebuah bola salju yang menggelinding dari atas bukit kecil. Pada awalnya, bola salju ini hanya kecil, namun seiring dengan perjalanannya menuruni bukit, ia mulai mengumpulkan lebih banyak salju dan terus membesar. Meskipun awalnya pertumbuhannya terlihat lambat dan kecil, begitu bola salju semakin besar dan lebih banyak salju terkumpul, kecepatannya meningkat, dan pertumbuhannya menjadi lebih cepat.

Begitu juga dalam konteks keuangan: investasi awal Anda mungkin tampak tumbuh secara lambat, tetapi seiring waktu, bunga atau keuntungan yang dihasilkan akan menambah modal, yang pada gilirannya menghasilkan lebih banyak keuntungan lagi di masa depan. Efek ini, jika dibiarkan berjalan dalam jangka panjang, dapat menghasilkan pertumbuhan eksponensial.

Warren Buffett adalah contoh nyata dari kekuatan bunga berbunga. Sebagian besar kekayaan Buffett—sekitar $81,5 miliar dari total kekayaannya sebesar $84,5 miliar—diperoleh setelah ia mencapai usia 65 tahun. Hal ini terjadi karena Buffett mulai berinvestasi sejak usia 10 tahun, memberinya waktu panjang untuk memanfaatkan efek bunga berbunga. Jika dia menunda investasi hingga usia 30 tahun, kekayaannya saat ini mungkin hanya sebagian kecil dari yang dia miliki sekarang.

4. Optimisme vs. Pesimisme dalam Keuangan

Ketika berbicara tentang uang, banyak dari kita yang cenderung lebih fokus pada berita buruk daripada yang baik. Hal ini disebabkan oleh bias pesimisme. Ketika terjadi penurunan besar dalam pasar saham, kita cenderung panik dan memperhatikan situasi tersebut. Sebaliknya, kenaikan bertahap yang signifikan sering kali luput dari perhatian kita.

Hal ini terjadi karena, menurut psikologi evolusi, manusia lebih fokus pada ancaman untuk bertahan hidup. Dalam dunia keuangan, berita buruk atau kerugian sering kali mendapat perhatian lebih karena dampaknya yang lebih langsung dirasakan. Loss aversion memainkan peran penting dalam perilaku ini .

5. Hubungan Antara Keberuntungan dan Risiko

Housel juga menekankan pentingnya memahami peran keberuntungan dan risiko dalam kesuksesan finansial. Keberuntungan dan risiko adalah dua sisi dari mata uang yang sama. Sebagai contoh, Bill Gates menjadi salah satu orang terkaya di dunia bukan hanya karena kecerdasannya, tetapi juga karena keberuntungan, setelah takdir dari Allah. Pada tahun 1968, dia bersekolah di satu-satunya sekolah menengah di dunia yang memiliki akses ke komputer canggih, yang memberinya keunggulan kompetitif besar.

Namun, kisah ini juga memperlihatkan bagaimana risiko dapat menghentikan kesuksesan setelah takdir dari Allah. Teman sekelas Gates, Kent Evans, yang sama cerdas dan berbakat, meninggal dalam kecelakaan pendakian sebelum dia sempat meraih kesuksesan yang sama. Housel menekankan bahwa meskipun kita tidak dapat mengendalikan keberuntungan atau risiko, kita dapat mengendalikan bagaimana kita meresponsnya.

6. Kekayaan Sejati vs. Menjadi Kaya

Ada perbedaan besar antara menjadi kaya dan memiliki kekayaan sejati. Kekayaan sering kali dilihat dari pendapatan saat ini atau benda yang dimiliki seseorang, seperti mobil mewah atau rumah besar. Namun, kekayaan sejati adalah aset finansial yang belum dibelanjakan, yang sulit dilihat oleh orang lain. Mengemudi mobil mewah bukan berarti seseorang kaya, karena banyak orang membiayai gaya hidup mewah mereka dengan utang.

Membangun kekayaan sejati membutuhkan pengendalian diri dan pengorbanan. Semakin banyak yang Anda simpan dan investasikan, daripada yang Anda habiskan, semakin besar kekayaan Anda. Morgan Housel menekankan bahwa kunci utama untuk membangun kekayaan adalah tidak membelanjakan uang yang dimiliki, melainkan menginvestasikannya.

Kesimpulan: Kunci Sukses Finansial Adalah Perilaku

Dari pembahasan di atas, dapat dilihat bahwa kesuksesan finansial tidak hanya ditentukan oleh seberapa banyak pengetahuan kita tentang uang, tetapi lebih oleh bagaimana kita mengelola perilaku kita. Psikologi uang mengajarkan bahwa pengalaman hidup, emosi, dan cara kita memandang uang mempengaruhi setiap keputusan finansial yang kita buat.

Investasi yang sukses, seperti yang dijelaskan dalam konsep bunga berbunga, membutuhkan kesabaran dan ketekunan. Selain itu, memahami bahwa keberuntungan dan risiko selalu memainkan peran penting dalam hidup kita dapat membantu kita tetap rendah hati dan waspada dalam mengambil keputusan keuangan. Dan yang tak kalah penting, kekayaan sejati bukanlah tentang benda yang kita miliki, tetapi tentang aset yang kita simpan untuk masa depan.


Referensi

  1. Kahneman, D. (2011). Thinking, Fast and Slow. Farrar, Straus and Giroux.
  2. Giuliano, P., & Spilimbergo, A. (2014). Growing up in a Recession: Beliefs and the Macroeconomy. The Review of Economic Studies.
  3. Housel, M. (2020). The Psychology of Money. Harriman House.
  4. Thaler, R. H. (2016). Misbehaving: The Making of Behavioral Economics. W. W. Norton & Company.
  5. Malkiel, B. G. (2019). A Random Walk Down Wall Street: The Time-tested Strategy for Successful Investing. W. W. Norton & Company.
  6. Horizon Research. Luck, Risk, and the Role of Fortune in Investing and Business.